Industri seputar kawasan Asia Tenggara dikupas dalam rangkaian event ASEAN Indonesia 2023, Bloomberg Executive Lunch Session “Navigating The ASEAN’s Logistics Landscape, Overcoming Complexity for Success”. Hadir sebagai narasumber yaitu, CEO PT Pertamina International Shipping (PIS) Yoki Firnandi, Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves) Jodi Mahardi, pengamat ekonomi politik Asmiati Malik, dan Managing Partner McKinsey Indonesia Khoon Tee Than.
Negara ASEAN, termasuk Indonesia untuk terus mengembangkan market dan meningkatkan tingkat kompetitif logistik nya di kancah global. Perkembangan industri e-commerce yang semakin pesat ditambah dengan tren bisnis berkelanjutan ramah lingkungan.
ASEAN saat ini memiliki market industri logistik yang sedang berkembang pesat. Perkembangan ini didorong antara lain berkembangnya industri e-commerce, konektivitas sambungan berkecepatan tinggi yang terus tumbuh, dan digitalisasi. Dengan rata-rata tingkat pertumbuhan tahunan dari 2023 hingga 2030 sebesar 10,7%, ini menjadi peluang tumbuhnya pendapatan di sektor perkapalan.
Indonesia saat ini memiliki potensi untuk menaikkan indeks kompetitif logistiknya mengingat dalam 10 tahun terakhir telah gencar membangun proyek-proyek infrastruktur strategis untuk mendukung sistem logistik.
“Tentunya tantangan Indonesia sendiri adalah negara kepulauan yang terdiri dari 17 ribu lebih pulau, di sini salah satu strateginya adalah dengan membantu konektivitas antar pulau. Dari sisi kebijakan, kita juga perlu mendorong digitalisasi di segala aspek,” kata Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kemenkomarves, Jodi Mahardi.
CEO PIS Yoki Firnandi memaparkan, PIS sendiri memiliki aset yang tidak hanya siap mendukung kemajuan industri logistik nasional, tapi juga menjadi kebanggaan Indonesia di kawasan ASEAN. Mengoperasikan lebih dari 300 kapal dan berlayar di 26 rute internasional, PIS terus berkembang untuk menjadi perusahaan perkapalan dan logistik maritim terkemuka di Asia Tenggara.
“Kami terus berinvestasi lebih banyak dan memperluas bisnis kami di Asia, karena kami tahu masa depan dunia ada di Asia yang tengah berkembang cepat. Ada peluang besar di sektor pelayaran internasional, kami menyusun strategi dan juga melakukan transformasi terutama untuk peningkatan transportasi dan logistik energi,” katanya.
Sementara itu, Ahli ekonomi dan politik internasional Asmiati Malik sepakat bahwa ASEAN memiliki kunci untuk terus berkembang, mengingat posisinya sebagai kawasan yang masuk sebagai tiga besar pasar yang tumbuh paling signifikan di dunia. “Namun ASEAN memiliki tantangan utama untuk berkembang, antara lain terkait fokus anggaran yang seharusnya bisa lebih banyak di sektor maritim dan tentunya transparansi dari anggaran tersebut,” paparnya.
Disisi lain,Khoon Tee Tan dari Mckinsey Indonesia menambahkah terkait investasi di sektor digitalisasi untuk percepatan industri logistik ASEAN. “Dan juga saat ini negara-negara ASEAN masih terfragmentasi sehingga hanya ada pelaku-pelaku bisnis skala kecil. Ini yang perlu dikolaborasikan agar bisnis di kawasan Asia Tenggara bisa lebih besar,” ujarnya.
Secara keseluruhan, para pembicara optimistis kawasan Asia Tenggara, terutama Indonesia, memiliki potensi untuk terus berkembang dengan aset-aset dan keunggulan yang dimiliki saat ini. Selain upaya digitalisasi yang perlu semakin digencarkan, dukungan regulasi juga menjadi kunci untuk bisa menjawab tantangan industri logistik ASEAN yang semakin kompetitif di masa depan.